Artikel

Psikologi Perempuan : Karakteristik dari Persahabatan Perempuan

  • Di Publikasikan Pada: 27 Sep 2023
  • Oleh: Admin

Konstitusi persahabatan merupakan hubungan yang penting dalam menentukan kehidupan wanita. Persahabatan memberikan wanita dukungan sosial, intimasi, dan kesempatan untuk menikmati interaksi social. Persahabatan juga berkontribusi terhadap kehidupan sosial dan identitas diri dari seorang wanita. Namun, dibalik semua itu, persahabatan yang menentukan kehidupan wanita ternyata memiliki sisi negatif, seperti diantaranya persahabatan menimbulkan iri hati, persaingan, kecemburuan yang kuat, dan sering terkait dengan akses terhadap perhatian pria yang tangguh. Walaupun hal tersebut tidak sepenuhnya akurat, mereka memberikan pentunjuk terhadap komplesitas dan kontrakdiksi dari hubungan wanita dengan orang lain. Secara implisit, maupun terkadang secara eksplisit definisi dari persahabatan menyertakan anggapan bahwa mereka terlibat di dalamnya dan menjaga secara sukarela, tidak seperti hubungan signifikan lainnya, persahabatan di budaya barat tidak seformal seperti pada kekeluargaan atau struktur sosial atau kewajiban.

Faktanya, ketidak adaannya struktur peran yang pasti dapat dipandang sebagai antitesis untuk membentuk ikatan persahabatan yang sebenarnya. Di sisi lain, beberapa penelitian mengingatkan kita bahwa persahabatan tersebut tidak seutuhnya sukarela. Kita kemungkinan besar menjadi teman denga mereka yang memiliki kesamaan gender, seumuran, kelas sosial, orientasi seksual, dan ras atau etnik, dan dengan mereka yang tinggal di area geografis yang sama. Perempuan imigran mungkin lebih terbatas dalam persahabatan mereka karena adanya pilihan oleh bahasa, perbedaan ras atau etnik di lingkungan tempat mereka tinggal, dan penekanan terhadap jaringan sosial keluarga versus jaringan sosial non-keluarga. Diantara keturunan latin, ditekankan untuk persahabatan dengan anggota keluarga perempuan dan mungkin sangat dekat. Wanita lesbian lebih cenderung terlihat seperti wanita heteroseksual dalam mengembangkan persahabatan ataupun pertemanan dalam situasi pesta khusus, "gay right events", pertemuan yang kebetulan, dan sebagainya.

Wanita yang biseksual cenderung seperti wanita lesbian atau heteroseksual untuk pengalaman dalam berhubungan "cross-sexual orientation" (dengan wanita lesbian dan heteroseksual lainnya). Antara wanita karir dan wanita kelas menengah, wanita karir lebih cenderung jarang berinteraksi dengan anggota keluarga daripada dengan wanita kelas menengah, serta frekuensi interaksi dari wanita karir lebih banyak dari wanita kelas menengah. Tambahannya yaitu perbedaan kelas sosial wanita dilihat dari tipe aktivitasnya dalam bekerja, wanita karir lebih menekankan pada aktivitas sosial dengan gender yang sama dan lebih cenderung pada aktivitas "girls night out" dengan teman yang kelas sosialnya setara, berbeda dengan wanita kelas menengah yang cenderung menyukai melakukan aktivitas sosial dengan mixed-gender. Pernyataan tersebut mungkin berkontribusi pada persahabatan wanita contohnya, tetapi wanita yang ada pada kategoiri miskin pada kebijakan perumahan mungkin akan mengenyampingkan hubungan sosial wanita dan kebutuhan emosionalnya. Pertemanan dapat dimulai dan berakhir lebih mudah dari relasi yang lainnya, perilaku dalam berteman memiliki peraturan yang jika dilanggar akan menimbulkan konflik bahkan bubarnya persahabatan.

Peraturan tersebut membantu dalam mengkritik teman, saling mengungkapkan diri, dan menghargai satu sama lain. Masalah yang terjadi dalam persahabatan adalah peraturan tersebut sering diasumsikan bukan diartikulasikan. Bagi perempuan, persahabatan berada pada area merawat, peduli dan memiliki kesamaan. Kehadiran saingan akan menyebabkan perasaan yang bertentangan dan kurang nyaman bagi wanita. Dalam wawancara yang dilakukan oleh Rind (2002) tentang sahabat, ditemukan bahwa ada tiga tema utama. Yang pertama, pengetahuan dan pemahaman, kedua, kebutuhan dan ketergantungan dan ketiga, persaingan antara teman perempuan yang berlangsung dalam pekerjaan, akademik dan kedudukan sosial. Kesulitan dalam menghadapi kompetisi pada perempuan berakar dari kompetisi pada lingkungan sosialnya. Saat kecil, kompetisi lebih sering ditemui pada permainan anak laki-laki. Ketika kompetisi berkembang di kalangan anak perempuan, mereka cenderung membubarkan aktivitas mereka dibandingkan anak laki-laki yang cenderung bernegosiasi agar aktivitas dapat berlanjut. Pola interaksi ini akan berlanjut hingga dewasa dan mempengaruhi bagaimana perempuan merespon kompetisi dalam hubungan persahabatan dalam hubungan pertemanan dengan sesama perempuan. Asumsi lain terkait hubungan pertemanan pada perempuan adalah bahwa pertemanan pada perempuan menjunjung tinggi kesetaraan atau egaliter.

Pada hubungan pertemanan perempuan, kualitas hubungan tersebut berhubungan dengan distribusi atau pemerataan kekuasaan. Asumsi kesetaraan dalam hubungan pertemanan sering mengabaikan hubungan antara wanita yang bisa sangat berarti, namun secara inheren tidak setara dan mungkin tidak sesuai baik dalam narasi atau kenyataan konsepsi persahabatan Barat. Di beberapa masyarakat, hierarki sosial mungkin lebih mengakar dan persahabatan antar wanita mungkin lebih cenderung mencakup status yang tidak setara. Candy, Troll dan Levy (1981) melakukan studi pada wanita usia 14 sampai 80 tahundan ditemukan bahwa ada 3 fungsi pertemanan yang penting bagi wanita yaitubantuan keintiman (intimacy-assistance), pengertian dari keintiman itu sendiri (notionof intimacy), saling tolong menolong (mutual assistance). Selain itu Candy dkk. Jugamenemukan bahwa teman dapat memberikan pengakuan, harga diri, dan kekuatan, yang mencakup pengertian pengaruh dan kontrol terhadap orang lain. Veniegas dan Peplau (1997) menemukan bahwa wanita menilai persahabatan mereka lebih tinggi daripada pria dalam dukungan ego. Teman daripada wanita lebih sering memperhatikan dan menghargai kemampuan mereka serta mengucapkan selamat atas apa yang mereka peroleh.

Bank dan Hansford (2000) menemukan bahwa konsep orientasi status, sejauh mana persahabatan memberikan rasa hormat, pengaruh, dan prestise bagi yang lain, memberi kontribusi positif terhadap persahabatan yang intim. Bank dan Hansford (2000) menemukan bahwa konsep orientasi status, sejauh mana persahabatan memberikan rasa hormat, pengaruh, dan prestise bagi yang lain, memberi kontribusi positif terhadap persahabatan yang intim. Bank dan Hansford juga menemukan bahwa hal itu lebih penting bagi wanita daripada pria bahwa elemen ini menjadi komponen persahabatan mereka. Inti dari beberapa studi tersebut membahas kualitas ekspresif seperti kedekatan dan keintiman serta kualitas timbal-balik seperti kekuatan dan pengakuan Penelitian mengenai persahabatan lesbian memberikan gambaran tentang beberapa persahabatan yang beragam dan alternatif antara perempuan. Seksualitas selalu dianggap berpotensi hadir dalam persahabatan lintas jenis (Bleske& Buss, 2000; Kaplan & Keys, 1997; Sapadin, 1988).

Penelitian lain menunjukkan bahwa di antara perempuan lesbian, persahabatan mungkin kurang terpisah dari hubungan romantis dan perempuan lesbian nampaknya berteman dengan mantan kekasih mereka sebagai wanita heteroseksual (Kitzinger, 1996; Kitzinger & Perkins, 1993; Weinstock, 2004). Keintiman yang sering diperkirakan dari tingkat keterbukaan diri atau pengungkapan diri adalah pembicaraan yang terjadi antara dua orang dan menghasilkan perasaan yang diketahui dan divalidasi oleh orang lain (Altman & Taylor, 1973; Clark & Reis, 1988; Mark & Alper, 1985). Meskipun perempuan dan laki-laki menyadari pentingnya pembicaraan untuk mengembangkan keintiman yang mendalam (Fehr, 2004; Radmacher & Azmitia, 2006), perempuan terlibat dalam pembicaraan ini daripada pria dalam persahabatan mereka (Adam, Blieszner & De Vries, 2000; Hays, 1985). Dari segi kualitas, pertemanan laki-laki lebih rendah daripada perempuan.

Dalam pertemanan secara online antara sesama perempuan atau antara perempuan dan laki-laki, menunjukkan kelekatan yang lebih baik setelah dua tahun dibandingkan dengan pertemanan antara sesama laki-laki (Cheng, Chan, & Tong, 2006). Penelitian lain mengungkapkan bahwa ekspresi keintiman dalam pertemanan menunjukkan adanya perbedaan gender yang sangat kecil atau tidak ada (Duck & Wright, 1993; Wright, 1982). Perbedaan tersebut tidak harus ada karena perempuan dan laki-laki mendefinisikannya secara berbeda, misalnya laki-laki mendefinisikan keintiman sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama, sedangkan perempuan mendefinisikan keintiman sebagai bentuk pengungkapan diri. Perempuan memiliki kemampuan menciptakan ikatan intim yang kuat dan dapat bertahan lama melalui kegiatan yang dilakukan secara bersamaan dan terlihat jelas (Piercy & Cheek, 2004). Laki-laki juga mampu mengembangkan keintiman namun mereka lebih memilih memiliki keintiman dalam hal persahabatan dengan sesama lelaki.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki memilih untuk tidak terlalu ekspresif dalam menunjukkan keintiman guna mengantisipasi adanya penolakan negatif dari laki-laki lain (Bank & Hansford, 2000; Fehr, 1996, 2004). Perempuan kelas menengah profesional cenderung tidak mengungkapkan keintiman pada sesama teman perempuannya dibandingkan dengan perempuan kelas pekerja (Walker, 1994). Hal ini mungkin disebabkan oleh geografi dan mobilitas dari perempuan kelas menengah profesional yang lebih besar dibandingkan dengan persaingan kerja dan tempat kerja yang dirasakan oleh perempuan pekerja dengan rekan kerjanya.

Penelitian Walker (!994) menunjukkan bagaimana konseptualisasi gender sebagai konstruksi sosial yang berkelanjutan dalam konteks spesifik sebagai hasil sosialisasi atau proses psikoanalitik yang lebih berguna dalam memahami perbedaan gender pada masyarakat Barat. Perbedaan gender dalam ikatan pertemanan menurut perspektif feminist adalah bentuk keintiman dalam pertemanan perempuan lebih berharga dibanding pertemanan lakilaki. Dunia kerja, kesempatan untuk berkuasa, naik jabatan lebih terbuka untuk laki-laki. Keintiman den ekspresivitas dalam hubungan lebih banyak pada pertemanan wanita dibanding laki-laki, tetapi hal tersebut tidak membuat mereka menuju tingkat eselon yang lebih tinggi dalam bidang ekonomi maupun kekuatan politik. Faktanya kualitas kepedulian, kedekatan, dan keintiman terus terdevaluasi pada budaya yang lebih besar. Namun hal tersebut tidak mengubah budaya patriarki, politik, atau struktur institusi sebuah lembaga. Siswa di Negara Asia terlibat dalam percakapan atau sharing yang kurang intim dalam persahabatan mereka. Mahasiswa China mengungkapkan kurang membahas mengenai topic seperti pekerjaan, pendapat, kepribadian dan mengenai teman-teman dekat, orangtua, kenalan. Mahasiswa wanita Korea lebih banyak terlibat dalam percakapan intim dengan sahabat mereka daripada mahasiswa laki-laki. Persahabatan antara mahasiswa universitas Rusia cenderung lebih fokus pada aktivitas daripada keintiman dibandingkan mahasiswa Amerika Serikat. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan budaya, terkait dengan generasi pemerintahan, konteks hidup, ekonomi yang ada di masyarakat Rusia dimana melakukan sesuatu untuk satu sama lain muncul sebagai proses yang lebih penting dalam persahabatan daripada pengungkapan diri.